Total Tayangan Halaman

Rabu, 12 November 2014

SINOPSIS LDK Love Doukyo (LIVING TOGETHER) J-MOVIE 2014 (Part 2)

Sebelumnya Part 1


“Kau tak pernah pergi dengan laki-laki, kan?” goda Shuusei yang melihat kegugupan Aoi.
“Apa yang kau katakan?” tanya Aoi yang terkejut (kok tahu gitu, maksudnya.. hahaha..)
“Bahkan tak pernah kencan.” Ucap Shuusei yang makin menggoda Aoi.
“Tidak ada hubungannya denganmu, kan?” sanggah Aoi yang mulai kesal.
Shuusei justru semakin tersenyum mengejek ke arah Aoi yang jelas saja membuat Aoi makin kesal dibuatnya,
“Ekspresi macam apa itu? Aku tidak perlu dikasihani!” ucap Aoi yang benar-benar kesal.
Aoi tiba-tiba bersin yang membuat wajahnya semakin memerah sekaligus kesal.
“Meski tak punya pacar, aku masih bisa bersama teman-temanku.” Ucap Aoi membela diri.
“Berjuanglah!” ejek Shuusei.

Aoi semakin kesal, namun tiba-tiba terdengar suara bel pintu masuk berbunyi. Shuusei hendak berjalan untuk melihat siapa yang datang, tapi Aoi mencegahnya dan memintanya untuk minggir saja kemudian mendorongnya menjauh.

Dengan hati-hati Aoi membuka pintu (takut temennya Shuusei yang datang lagi), dan ternyata Sanjou-lah yang datang.
“Sanjou-san!” sapanya ramah.
“Ini. Resep yang tadi.” Ucap Sanjou sambil memberikan sebuah kertas resep pada Aoi.
 
“Terima kasih banyak. Tapi kau memang lucu. Kau perlu memakai pita yang lucu.” Puji Aoi yang melihat kertas resep yang penuh dengan gambar lucu itu.
“Tidak! Tidak!” jawab Sanjou sambil tertawa.
Tiba-tiba saja terdengar suara Shuusei yang berdehem dari dalam kamar. Aoi yang menyadarinya segera menutup pintu dan bersikap seolah tak ada apa-apa.
“Ada seseorang di dalam?” tanya Sanjou yang juga mendengar suara deheman Shuusei tadi.
“Tidak, mungkinkah… Tetanggaku! Suara tetanggaku!” jawab Aoi sambil menunjuk kamar sebelah (kamar 202 kan emang kamar aslinya Shuusei.. hahaha..)
“Ah, tetanggamu laki-laki, kan?” selidik Sanjou sambil melihat papan nama di kamar no 202 milik Shuusei.
 
“Ya, begitulah..” jawab Aoi yang juga harus menahan pintu yang dibuka Shuusei dari dalam. (Nih Shuusei cemburu apa gimana sih? Malah gitu gelagatnya.. haha..)
“Berhati-hatilah Aoi-chan. Karena kau seorang gadis.” Ucap Sanjou memperingatkan.
“Baik.” Jawab Aoi patuh.
“Ah, payungnya nanti ku kembalikan saat kering.” Tambah Aoi yang tak ingin rahasianya diketahui Sanjou.
“Kau tak perlu repot-repot.” Ucap Sanjou menawarkan diri untuk membawa payungnya.
“Tidak apa-apa, itu sangat membantuku.” Ucap Aoi penuh terima kasih.
“Begitu?”
“Ya.”
“Baiklah kalau begitu, selamat malam.” Ucap Sanjou hendak pergi.
“Selamat malam.” Jawab Aoi ramah.
Dan akhirnya Sanjou pergi. Aoi dengan lega masuk ke kamarnya, dan begitu melihat Shuusei wajahnya kembali terlihat kesal.

“Lucu.. Terima kasih banyak…” ucap Shuusei sambil menirukan nada Aoi dengan tampang yang sengaja dibuat-buat manis.
“Kau tak usah menirunya!” ucap Aoi semakin kesal ditirukan seperti itu.
“Orang itu tinggal disini?” tanya Shuusei tiba-tiba.
“Dia kerja dekat sini, Sanjou-san. Dia juga tinggal di dekat sini.” Terang Aoi.
“Aku mau kerja paruh waktu.” Ucap Shuusei yang jelas saja membuat Aoi terkejut.
“Kerja peruh waktu?” tanya Aoi tak percaya.

“Dah.” Ucap Shuusei sambil menepuk dahi Aoi dan berlalu pergi.
“Hei, apa-apaan sih?” gerutu Aoi kesal.
 
Namun Aoi merasakan sesuatu yang dingin di dahinya. Ia melihat ke kaca dan terdiamkarena ternyata Shuusei tadi menepuk dahi Aoi untuk memasangkan plester penurun demam padanya! (So sweeeettt…. ^_^ Siapa bilang Shuusei gak peduli? Haha..).
---
 
Pagi harinya Aoi yang sudah memakai seragam sekolahnya tengah menjemur pakaian di balkon kamar. Ia melihat Ibu pemilik rumah dan menyapanya. Ibu pemilik rumah juga balas menyapa Aoi, dan dengan iseng bertanya bagaimana rasanya tinggal bersama dengan pemuda tampan. Aoi dengan kesal menjawab bahwa itu merepotkan saja. Ibu pemilik rumah hanya berkata susah juga ya menjadi remaja, jadilah dirimu sendiri! Teriak si Ibu dengan lantang (ceritanya biar Shuusei yang di dalam kamar juga dengar gituu.. haha..). Aoi langsung salah tingkah yang justru membuat Ibu pemilik kamar tertawa.
“Shuusei-kun, mungkin sikapnya terlihat buruk, tapi disisi lain dia bekerja paruh waktu untuk membayar sewanya. Wajar saja pria seperti itu sudah mandiri.” Terang Ibu pemilik kamar pada Aoi.
Aoi hanya mengangguk mengerti mendengar penjelasannya.
“Ibu! Ibu! Aku sudah siap.” Teriak seorang anak kecil yang berlari menghampiri ibu pemilik rumah.
“Oh, Yosh (siip)…” ucap Ibu pemilik rumah sambil menatap putranya itu.
“Pagi, Kouta-kun.” Sapa Aoi dari atas balkon kamarnya.

“Pagi, Aoi. Apa kamu mau ikut barbeque?” tawar Kouta dengan suara imut khas balitanya.
“Barbeque?” tanya Aoi
“Minggu depan, kita akan mengadakan pesta penyambutan Shuusei-kun.” Terang Ibu pemilik rumah.
“Shuusei-kun ikut juga, kan?” tanya Kouta yang melihat Shuusei keluar dari kamar dan masih mengosok giginya.

“Oh!” jawab Shuusei sambil mengacungkan jempolnya ke arah Kouta yang dibalas Kouta dengan mengacungkan jempolnya juga.
Tiba-tiba terdengar suara sepeda yang terjatuh. Begitu terkejutnya Aoi saat menyadari bahwa itu sepeda Moe. Moe menatap nanar tak percaya pada Aoi dan Shuusei bergiliran.

 
“Moe, kau salah paham! Tunggu! Ini salah paham! Moe ini benar-benar salah paham. Moe, itu..” ucap Aoi bingung harus menjelaskan darimana.
---
Hari barbeque.

Semua terlihat sibuk menyiapkan perlengkapan. Ada Ryousuke yang bertugas mengangkat kayu bakar, Sanjou yang menyiapkan perlengkapan masak (nih cowok jago masak! Aaaarrggghh.. >,< ), Moe yang sibuk mengiris buah, dan Aoi bertugas mengangkat kotak berisi minuman. Shuusei? Dia malah asyik main lempar-tangkap bola sama Kouta, hahaha.. (namanya juga pestanya Shuusei, ya yang dibuatin pesta tinggal trima enaknya aja kan? Haha..)
Dan ternyata Moe belum tahu kalau Aoi dan Shuusei tinggal bersama. Dalam pikiran Moe, mereka Cuma tetanggaan saja. Moe juga berkata ia iri pada Aoi karena dikelilingi tetangga yang keren dan tampan seperti Shuusei dan Sanjou! (tambahan, mereka berdua juga super perhatian sama Aoi >,<  haha.. gak kebayang gimana Moe kalau tau, IRI double PLUS PLUS pasti!!)
 
Moe berkata bahwa ia senang bisa melihat Shuusei tertawa seperti itu saat bermain dengan Kouta (kan Shuusei jarang tertawa kalo disekolah.. dan makin cakeeeep aja kalo ketawa..!!! Haaah, Author melting lihat scene ini..).
Aoi hampir saja ingin memberitahu Moe tentang rahasianya, tapi melihat ekspresi Moe yang ceria membuatnya tak tega dan malah menyuruh Moe ikut bermain saja dengan Shuusei dan Kouta. Moe jelas saja senang dan langsung ikut bergabung dengan mereka. Dan sekilas Aoi terlihat sedikit sedih melihat Moe berdiri berdampingan dengan Shuusei dan tertawa bersama (Awal kisah cinta kayaknya.. haha..)
 
Tiba-tiba saja seorang laki-laki berambut pirang datang dan memanggil Shuusei dengan semangat. Dia berkata bahwa dia merindukan Shuusei dan langsung memeluknya yang membuat si kecil Kouta berteriak kencang memperingatkan bahwa sesama laki-laki tak boleh berpelukan! Haha.. (kalau Shuusei meluk Author mah, boleeh.. haha, *abaikan!)
Shuusei mengatakan bahwa dia adalah Kakaknya. Yang langsung membuat Moe dan Aoi terkejut (gak mirip sih.. ganteng Shuusei pake banggeett! Haha.. piece!). dia langsung menyapa Aoi dan juga Moe, tidak lupa ia juga menyapa ibu pemilik rumah dengan, “Kazumi-san.” (dilihat dari keakrabannya sih, sepertinya mereka udah saling kenal lama sebelum Shuusei pindah ke rumah yang sekarang.. Ibu Kazumi juga tahu seluk-beluknya Shuusei, awalnya aku bingung kok bisa tahu sedetail itu tentang sifat Shuusei padahal baru sebentar tinggal disana, tapi makin masuk akal jika mereka sudah saling kenal dan akrab seperti kerabat dekat).
 
Dan Ryousuke juga menyapanya dengan, “Usai-san”. Mereka terlihat sudah akrab sekali dan sudah lama tidak bertemu. Sampai tiba-tiba terdengar seorang gadis yang memanggil “Shuu-chan!” dari kejauhan. Shuusei terlihat begitu terkejut melihat kedatangan gadis itu. Moe dan Aoi juga heran mendengar gadis itu memanggil “Shuu-chan” pada Shuusei (Shuu-chan terdengar sangat akrab). Gadis cantik itu melambai dan berjalan ke arah Shuusei (Author kaya’ pernah lihat nih cewek, tapi dimana ya? Kok mukanya kaya’ artis korea.. #abaikan).
Dan gadis itu langsung menempel saja pada Shuusei, seperti mereka memang pasangan kekasih yang lama tak bertemu. Shuusei yang masih terkejut bertanya kenapa tiba-tiba ia datang kesini, gadis itu dengan percaya diri berkata bahwa ia pikir Shuusei pasti sudah merindukannya. Ibu Kazumi bertanya siapa gadis itu, dan Usai menjawab bahwa dia adalah teman masa kecil mereka, Satsuki. Kouta dengan lugu menanyakan apa yang dimaksud teman masa kecil? Usai menerangkan bahwa itu adalah pertemanan yang terjalin sejak kecil, kurang lebihnya seperti keluarga.
Satsuki mengatakan bahwa mereka Cuma teman masa kecil. Tapi Ryousuke justru berceletuk, “Hanya mantan pacar” yang jelas saja membuat Aoi dan Moe makin terkejut saja. (Hlah.. mantannya aja cantik gitu bak top model, siapa gak minder? Haha..)
 
Tiba-tiba saja Satsuki mendekati Aoi dan Moe, dia berkata, “Di apartement-nya Shuu-chan, sepertinya ada perempuannya.”
“Aku tetangganya, Nishimori Aoi.” Ucap Aoi dengan ramah memperkenalkan dirinya diikuti Moe.
Satsuki hanya menyapa mereka sekilas dan segera menggandeng Shuusei pergi, tapi saat berjalan ia tersandung dan hampir saja jatuh jika saja Shuusei tidak menahan tubuhnya. Satsuki terlihat senang dengan perhatian Shuusei dan mengucapkan terima kasih padanya. Aoi dan Moe hanya menatap kejadian itu dengan tatapan penuh tanda tanya. (mantan tapi masih perhatian.. gitu mungkin yang ada di benak mereka).
Aoi bahkan menyindir sikap satsuki yang terlihat buruk (suka nempel-nempel mantan dan gak ada ramah-ramahnya sama sekali!) dan Moe hanya menjawab bahwa ini akan sulit untuknya (dapet saingan kaya’ gitu.. haha.. fool Moe..).
 
Dan tiba saatnya makan hidangan yang dibuat Sanjou! Semua terlihat takjub dengan masakan Sanjou, kecuali Shuusei yang terlihat sudah tak memiliki nafsu makan sama sekali (beda kalo ini masakan Aoi, pasti langsung kaya’ orang kelaparan makannya, haha..)
Semua sedang bersenang-senang di tempat barbeque yang memang indah dan alami sekali (di pinggir danau, keren pokoknya!). Aoi yang sedang membantu Sanjou menyiapkan hidangan sempat menengok ke arah Shuusei dan Satsuki yang sedang makan bersama, dan ia terlihat sedikit…cemburu.
 
“Apa kau jatuh cinta padanya?” tanya Sanjou tiba-tiba yang melihat ekspresi sedih Aoi.
“Eh?” tanya Aoi yang tak mengerti,
“Shuusei-kun.” Jawab Sanjou.
“Ah~ tidak mungkin.” Jawab Aoi mengelak.
“Tidak mungkin? Kau tidak tertarik?” tanya Sanjou penasaran.
“Ya! Itu tak ada dalam kamusku.” Jawab Aoi sedikit ragu dengan perasaannya sendiri.


 
“He~ orang yang terbuka. Aku juga tidak tertarik padamu.” Ucap Shuusei tiba-tiba yang jelas saja membuat Aoi terkejut.
“Jangan salah paham!” ucap Aoi yang sedikit gugup.
“Aku mau kepiting.” Ucap Shuusei sambil menunjuk makanan di hadapan Aoi.
“Ambil sendiri.” Ucap Aoi ketus.
“Tanganku sakit.” rajuk Shuusei sambil memperlihatkan tangannya pada Aoi.
“Bohong lagi.” Tebak Aoi yang tak ingin dipermainkan seperti kemarin.
“Kalian akrab sekali..” ucap Sanjou melerai pertengkaran mereka.
 

“TIDAK KOK!” ucap mereka bersamaan yang justru membuat Sanjou tertawa.
“Indah sekali. Seperti bukan hubungan sebatas tetangga. Aku iri..” ucap Sanjou yang terlihat cemburu dengan kedekatan Aoi dan Shuusei.
“Lalu, mau bertaruh?” tantang Shuusei tiba-tiba.
Aoi jelas saja terkejut dengan perkataan Shuusei dan bertanya padanya, “Apa-apaan, kau?”
 
Shuusei mengabaikan pertanyaannya dan justru mengambil makanan yang dibuat Aoi yang langsung dimakannya.
“Enak sekali.” Puji Shuusei yang langsung pergi meninggalkan mereka yang terlihat mulai kesal dengan sikap seenaknya Shuusei itu.
Aoi meminta maaf atas apa yang dikatakan Shuusei pada Sanjou. Ia juga menambahkan bahwa Shuusei adalah orang yang dingin dan aneh. Dan Sanjou pun hanya berkata bahwa itu bukan masalah untuknya.
 
Satsuki yang sedari tadi mengamati mereka langsung menunjukan wajah tidak sukanya pada Aoi. Ia tak suka Shuu-channya dekat dan akrab dengan gadis manapun, termasuk Aoi!

 
Saat semuanya sedang beres-beres untuk pulang, Aoi, Moe dan Ryousuke malah asyik bermain hom-pim-pah (gak tahu disana namanya apaan.. hehe) untuk memilih minuman yang mereka inginkan. Ryousuke-lah yang kalah, jadi Aoi dan Moe memilih minuman rasa Strawberry (ini produk sponsor deh kaya’nya, sering banget ditunjukin di film ini soalnya,) dan Ryousuke juga akhirnya ikut mengambil minuman Strawberry. (hlah, ngapain musti hom-pim-pah kalo semua bisa milih sesuka hati gitu? Lol)
Sementara itu, Shuusei sedang memasukkan perlengkapan Barbeque dengan dibantu Satsuki ke dalam mobil van. Tiba-tiba saja Satsuki menanyakan tentang janji yang mereka buat dulu, apakah dia masih mengingatnya? Shuusei menjawab bagaimana mungkin dia melupakannya. Dan Satsuki langsung sumringah dan berkata, “Syukurlah”.
 
Shuusei tiba-tiba mengambil jaketnya dan memakaikannya pada Satsuki,
“Jika berpakaian seperti itu, kau akan demam. Mari segera ke tempat tertutup.” Ucap Shuusei perhatian.
“Sekarang aku tidak apa-apa. Akhir-akhir ini cuacanya bagus, aku tak akan kena demam.” Ucap Satsuki yang begitu senang melihat perlakuan manis Shuusei padanya.
Shuusei hanya mengangguk mengerti dan pamit pergi ke toilet.
Dan ternyata Aoi melihat semua yang terjadi tadi, Aoi terlihat tidak nyaman dengan perlakuan special yang diberikan Shuusei kepada Satsuki barusan. Sedangkan Satsuki yang menyadari kehadiran Aoi justru menatap tak bersahabat terhadap Aoi sekalipun Aoi sudah menyapanya dengan sopan.

Shuusei yang akan ke toilet malah berpapasan dengan Sanjou. Sanjou menghentikan langkahnya dan bertanya bisakah Shuusei berhenti mempermainkan perasaan Aoi? Shuusei yang tak mengerti maksud perkataan Sanjou hanya dapat berkata, “Hah?”
Akhirnya Sanjou menceritakan bahwa selama setahun ini, dia datang kesini demi Aoi. Jika terjadi sesuatu pada Aoi, maka Sanjou tak akan memaafkan Shuusei, begitulah ucapnya penuh penekanan memperingatkan Shuusei.
Shuusei terdiam sebentar mencerna kata-kata Sanjou sebelum mengatakan, “Kakak, kau keren” kemudian pergi meninggalkan Sanjou begitu saja.
Sementara itu, Aoi yang sedang memasukkan perlengkapan ke dalam mobil van justru di buat jengah oleh perkataan Satsuki,

“Cuacanya dingin ya, seharusnya tidak dingin.” Ucap Satsuki sambil memamerkan jeket Shuusei yang dipakainya pada Aoi.
Aoi hanya dapat mengangguk mengiyakan sambil memasukkan barang-barang yang lain ke dalam mobil van.
“Sejak dulu hubungan kami sangat dekat seperti saudara.” Terang Satsuki seakan menegaskan hubungannya pada Aoi.
“Oh begitu?” ucap Aoi berusaha antusias (walaupun kelihatan sih kalau dia jengah).
“Aoi-chan, kan?” tanya Satsuki
“Iya.” Jawab Aoi membenarkan
“Shuu-chan belum pernah pacaran.” Ucap Satsuki tiba-tiba
“Heh?”
“Sia-sia saja kau mencintainya.” Ucap Satsuki sinis.
“Ah, tidak! Aku tidak mempunyai perasaan padanya.” Ucap Aoi berusaha menjelaskan, namun Satsuki malah melenggang pergi tanpa mau mendengarkan apa yang dikatakan Aoi.
---
Malamnya, di kamar Aoi~Shuusei.

Di luar turun hujan yang begitu lebat. Aoi masih tidak bisa tidur, sepertinya dia masih memikirkan apa yang dikatakan Satsuki tadi kepadanya. Ia bangkit dari kasurnya dan menatap ke arah tirai yang memisahkannya dengan Shuusei yang sepertinya sudah terlelap.
 
Tiba-tiba saja terdengar suara petir yang sangat keras sehingga membuat Aoi menjerit ketakutan sambil menutup kedua telinganya.
“Apa?” tanya Shuusei yang ternyata belum tidur.
“Hanya petir.” Ucap Shuusei kemudian.
“Benar juga.” Ucap Aoi dan kembali berbaring di kasurnya.
 
Dan suara petir pun berbunyi lagi, kali ini dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Aoi menjerit ketakutan mendengar suara yang begitu menggelegar itu. Ia hanya mampu meringkuk sambil menutup kedua telinganya dengan begitu ketakutan.
“Tidak perlu takut.” Ucap Shuusei seakan tahu kondisi Aoi saat itu.
Aoi yang mendengarnya hanya mampu mencoba lebih berani dan berkata, “Aku tidak takut. Aku tidak apa-apa.”


Namun petir kembali menggelegar dan membuat Aoi semakin menjerit ketakutan. Tiba-tiba saja Shuusei mengulurkan tangannya dari bawah tirai kepada Aoi. Ia menggerakkan jari-jarinya yang seakan menawarkan PEGANG TANGANKU pada Aoi. Aoi berpikir sebentar sebelum akhirnya dengan ragu-ragu menyambut uluran tangan Shuusei.


Suara petir kembali menggelegar, Aoi yang ketakutan secara reflek langsung menggenggam tangan Shuusei. Dan Shuusei justru semakin erat menggenggam tangan Aoi untuk memberikannya keberanian dan menenangkannya (Sumpah, Author suka banget scene ini!! Perasaan care-nya dapet bangeett.. ^_^ ).
 
Aoi menatap ke arah Shuusei dengan tatapan berterima kasih. Dia tak menyangka Shuusei memiliki sifat pelindung seperti ini karena yang diketahuinya Shuusei hanyalah orang yang suka menyiksanya saja selama ini. Dan malam itu, setiap kali tangan Aoi gemetar karena takut dengan suara petir yang seperti tak henti-hentinya, setiap itu juga Shuusei semakin erat menggenggam tangannya.


---
Pagi harinya saat Aoi akan berangkat ke sekolah, ia berpapasan dengan Ibu Kazumi yang sedang membersihkan ranting-ranting yang berceceran karena hujan badai semalam. Mereka saling menyapa, dan Ibu Kazumi mengeluhkan petir semalam yang sangat menggelegar.
Aoi membenarkan dan mengatakan bahwa ia sampai ketakutan. Ibu Kazumi malah menggoda Aoi dengan mengatakan bahwa Aoi bisa lega karena bersama Shuusei kan? Yang jelas saja langsung membuat wajah Aoi memerah dan dengan cepat menyangkal dengan mengatakan tidak, bukan seperti itu.
 

Tiba-tiba saja Ibu Kazumi menghampirinya dan menanyakan pada Aoi apakah ia mau ke taman hiburan? Sambil menunjukkan 2 tiket pada Aoi. Dia menjelaskan bahwa temannya memberikan 2 tiket padanya dan jika tidak dipakai akan sia-sia (kok gak dipakai sendiri sama Kouta ya? Jangan-jangan….).
Aoi menerima kedua tiket itu dengan senang hati dan mengatakan bahwa ia akan pergi bersama Moe nanti, sebelum tiba-tiba saja Shuusei mengambil satu tiket di tangannya yang jelas saja membuatnya terkejut.
“Aku ikut.” Ucap Shuusei pada Ibu Kazumi dan mengucapkan terima kasih padanya.
Aoi jelas saja terkejut sekaligus kesal tiketnya diambil begitu saja darinya.
“Dah, sampai ketemu jam 4 sore.” Ucap Shuusei yang tak peduli pada kekesalan Aoi.
“Eh? Tunggu, kenapa?! Tunggu. Eh? Tunggu. Kembalikan!” ucap Aoi sambil mengejar Shuusei untuk mengembalikan tiketnya.
Ibu Kazumi hanya dapat tersenyum penuh arti melihat tingkah kedua remaja itu dan kembali melanjutkan aktivitas bersih-bersihnya.
---
Sorenya di Taman Hiburan Yokohama, Tokyo.
 
Aoi tengah mengeluh karena menunggu Shuusei yang tak kunjung datang. Ia melihat dua orang wanita yang berdandan cantik sedang berjalan ke arahnya, yang membuat sisi femininnya muncul. Ia mengeluarkan kaca dari dalam tasnya dan merapikan rambutnya. Namun kemudian ia tersadar bahwa ini bukanlah kencan (jadi dia gak perlu terlihat cantik gituu? Haha..)
Sampai tiba-tiba Shuusei datang dan langsung menepuk kepala Aoi sambil lalu tanpa menghentikan langkahnya, yang jelas saja membuat Aoi kesal dan langsung berlari untuk menyusulnya.
 
“Tunggu.” Ucap Aoi sambil mengimbangi langkah Shuusei.
“Oh, ya.” Ucap Shuusei.
“Mari anggap ini sebagai latihan.” Lanjut Shuusei yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Ah?” tanya Aoi yang tak mengerti.
“Kencan.” Jawab Shuusei.
“Kau tak pernah, kan?” lanjut Shuusei sambil berbalik menatap Aoi.
 
Aoi jelas saja merasa kesal disindir seperti itu. Tapi Shuusei langsung menggandeng tangan Aoi yang jelas saja membuatnya tersentak kaget.
“Apa?” tanya Aoi yang mulai gugup.
“Siapa tahu aku bisa jatuh cinta padamu..” goda Shuusei dengan wajah yang begitu manis pada Aoi.
 
Akhirnya mereka berjalan bersama dengan bergandengan tangan. Dan wajah Aoi terlihat bingung dan tak percaya, namun walau demikian ia terlihat senang Shuusei menggandeng tangannya seperti itu.
 
Mereka naik berbagai wahana yang membuat Aoi berteriak kegirangan menikmatinya. Mereka juga naik komidi putar, dimana Aoi tak bisa menahan tawanya melihat Shuusei yang kebagian naik kuda-kudaan seperti anak kecil (sumpah, ngakak lihat scene ini.. >,< ).

Selanjutnya mereka main lempar bola (gak tahu namanya apa) dan saling bertukar melempar, mereka saling menyemangati jika ada yang berhasil mendapatkan point.

Setelah itu, Aoi mengajak Shuusei naik jet coaster, namun ternyata Shuusei tak berani menaikinya dan malah mencoba mengalihkan perhatian Aoi dengan wahana lainnya. Aoi jelas menyadarinya dan mengejek Shuusei habis-habisan, haha..

Dan akhirnyaa… Shuusei mau juga naik jet coaster! Walaupun sepanjang wahana berjalan ia berteriak histeris. Hahaha…
Seusai wahana itu, Shuusei langsung terduduk lemas dan dengan rambut yang acak-acakan. Aoi menertawakan kepalanya yang terlihat anehdengan membawakan minuman untuk mereka berdua, yang membuat Shuusei segera merapikan rambutnya. Ia menawarkan untuk naik lagi yang langsung ditolak Shuusei, hahaha..
 
Tiba-tiba saja Aoi tertarik pada sebuah poster yang ditempel disana.
“Hei, hei, kau tahu tentang ini?” tanya Aoi begitu antusias sambil menghapiri poster itu.
“Festival kembang api Tanabata. Jika kau melihatnya, permohonanmu akan terkabulkan.” Lanjut Aoi.
“Apa itu?” tanya Shuusei ikut mendekat.
 
“Dalam acara ini, akan ada setidaknya 7 kembang api berbentuk hati. Pasangan yang berciuman pada saat itu akan diberkati.” Terangnya begitu antusias.
“Kau mempercayainya?” ejek Shuusei sambil tertawa.
“Kenapa tidak, aku masih punya mimpi.” Jawab Aoi ketus.
“Mimpi?” ucap Shuusei yang makin keras tertawa.
“Kau memang tidak tahu..” desah Aoi sambil duduk di bangkunya.
“Bagaimana kalau mencobanya?” tanya Shuusei tiba-tiba.
“Itu, mungkin suatu saat nanti.” Jawab Aoi ragu.
“Suatu saat kapan?”
“Tidak, ini waktunya kurang tepat bagiku. Aku belum mempunyai orang yang aku suka.” Jawab Aoi malu-malu.
“Kalau bersamaku?” tawar Shuusei tiba-tiba.
“He?”
“Karena kau tak memiliki pacar.” Lanjut Shuusei.
“Kenapa harus denganmu?”
“Sepertinya menarik.” Ucap Shuusei sambil tersenyum dan langsung beranjak meninggalkannya.
“Itu, Aku serius, dan tidak bercanda.” Teriak Aoi yang melihat kepergian Shuusei.
Aoi merasa tak percaya, ia melihat poster itu sekali lagi dan memikirkan apakah dia akan pergi ke festival itu? Dengan Shuusei?
Aoi segera pergi mencari Shuusei, tapi di perjalanan ia justru hampir berpapasan dengan 2 orang gadis penggemar Shuusei. Mereka ternyata melihatnya bersama Shuusei tadi saat di taman bermain dan begitu penasaran ingin melihat wajah Aoi dari dekat (dikira Aoi itu pacarnya Shuusei). Aoi yang menyadarinya buru-buru berlari menghindari mereka, namun terlambat karena mereka sudah melihat Aoi dan akhirnya mengejarnya.

Aoi terus berlari melewati gang-gang di jalan itu. Dan saat ia berbelok di sebuah gang, sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya dan memaksanya bersembunyi di sebuah gang toko. Ternyata itu tangan Shuusei.
 
 
“Apa yang kau lakukan?” tanya Aoi yang menyadari bahwa itu adalah Shuusei.
“Sssstt!!” ucap Shuusei sambil mendekap Aoi agar tak ketahuan oleh para penggemarnya itu.
Setelah dua gadis itu berlalu, Shuusei baru melepaskan dekapannya dari Aoi. Terlihat jelas bahwa sebenarnya mereka sama-sama gugup berada sedekat itu.
 
“Aku minta maaf.” Ucap Shuusei akhirnya buka suara.
“Tapi, aku juga pernah kau selamatkan.” Lanjut Shuusei.
Aoi hanya mampu menatap Shuusei tanpa berpaling. Ini pertama kalinya Shuusei meminta maaf padanya dan tersenyum setulus itu padanya.
 


Shuusei mendekatkan wajahnya pada Aoi, dan Aoi yang jelas saja gugup dan masih begitu polos langsung menutup matanya. Hampir saja Shuusei menciumnya, namun entah apa yang dipikirkannya yang membuatnya mengurungkan niatnya itu. Ia justru memonyongkan bibir Aoi yang jelas saja membuat Aoi terkejut dan membuka matanya.
“Hah, kau terlalu takut. Berhati-hatilah.” Ucapnya sambil tersenyum mengejek pada Aoi.
Setelah mengatakannya, ia langsung pergi meninggalkan Aoi sendiri di gang itu.
“Apa-apaan dia?” ucap Aoi yang masih diliputi perasaan gugup sekaligus dipermainkan.
Aoi keluar dari gang itu dan hanya dapat menatap punggung Shuusei yang sudah berjalan pergi meninggalkannya.
 
---
Di kamar mereka malam harinya. Shuusei sudah terlelap di kasurnya, namun tidak begitu dengan Aoi yang justru asyik membuat memo di calendernya. Ia menandai tanggal dimana Shuusei berjanji untuk datang ke festival kembang api bersamanya. Walaupun dalam hati kecilnya ada perasaan ragu yang masih menghantuinya sampai saat ini.
---
Pagi harinya, Aoi sedang menunggu seseorang di depan sekolahnya. Teman-temannya yang baru datang dan melihatnya segera menyapanya dan bertanya siapa yang Aoi tunggu? Bahkan seorang temannya bertanya apakah Aoi sudah punya pacar? Jelas saja Aoi terkejut dan membantahnya dan segera mendorong mereka pergi.
Akhirnya orang yang ditunggunya dari tadi datang juga. Moe datang dengan sepedanya dan langsung menyapanya. Aoi dengan wajah serius ingin berbicara sesuatu pada Moe. Moe malah menebak apa Aoi sudah punya pacar? Yang langsung dibantah Aoi.
 
Di parkiran sepeda akhirnya Aoi mengatakan semuanya pada Moe.
“Kau dan Shuusei-kun pergi bersama?” pekik Moe setelah mendengar cerita Aoi.
“Tidak mungkin, kita hanya tinggal bersama. Dia tidak memandangku sebagai seorang gadis.” Terang Aoi
“Kalau kau?” tanya Moe penasaran.
“Awalnya aku benci.” Ucap Aoi mengakui
“Sekarang kau mulai menyukainya.” Tebak Moe
“Begitulah.” Jawab Aoi lemah
“Meski dia orangyang kusuka?”
“Aku minta maaf.” Ucap Aoi sambil membungkuk penuh penyesalan.
“Menyebalkan.” Ucap Moe akhirnya.
“Tapi kita sudah berjanji, kan? Jika kita memiliki orang yang disukai, salah satu dari kita akan ikut bahagia.” Lanjut Moe yang langsung dibalas anggukan setuju Aoi.
“Aku selalu menepatinya.” Ucap Moe yang terlihat kesal.
“Maaf.” Ucap Aoi yang terlihat begitu menyesal.
“Mulai sekarang jangan menyembunyikan apapun dariku!” ucap Moe akhirnya yang membuat Aoi terkejut.
“He?”
“Kau tahu Shuusei-kun, kan? Tanpa strategi, kesempatanmu 0!” terang Aoi sambil memegang pundak Aoi menyemangati.
“Tapi, kau juga…”
“Senang sekali jika Shuusei-kun menjadi pacarku, itulah yang selalu aku pikirkan. Sepertinya cintaku bertepuk sebelah tangan, saatnya aku melanghkah maju.” Ucap Moe berusaha merelakan Shuusei untuk Aoi.
“Sungguh?” tanya Aoi tak percaya.
“Apa aku pernah berbohong padamu?” ucap Moe dengan senyum tulus mengembang di wajahnya.
 
 
Aoi terharu menatap Moe dan langsung memeluknya. Dan mengatakan bahwa dia sangat mencintai Moe. Dan merekapun berpelukan bersama. Akhirnya mereka dapat tetap dapat mempertahankan persahabatan mereka walaupun harus ada hati yang tersakiti. Bel masuk kelas berbunyi dan mereka langsung berlari ke dalam kelas bersama-sama.
---
Sepulang sekolah, Aoi dan Shuusei pulang bersama. Di depan sebuah toko perhiasan tiba-tiba saja Aoi tertarik dengan sebuah kalung berbentuk bintang yang dipajang di etalase toko itu. Ia mendekati kaca etalase dan terlihat kagum dengan kalung itu dan berkata, “Cantiknya!”
 
Shuusei ikut mendekati etalase dan menatap wajah Aoi yang berbinar-binar mengamati kalung itu. “Mau membelinya?” tanya Shuusei.
“Tidak, tidak. Aku tidak punya banyak uang.” Jawab Aoi
“Oh, begitu.” Ucap Shuusei singkat dan langsung meninggalkan Aoi.

Mereka menaiki tangga sambil membawa kantong plastic yang penuh dengan belanjaan, Shuusei mengeluh bahwa mereka seharusnya tak membeli Goume Goukiro (sejenis bahan makanan), dan Aoi malah menjawab bahwa itu tinggal dimakan saja atau dicampurkan dengan hidangan lain juga akan terasa enak.
 
Mereka masih membahas tentang Goume Goukiro sesampainya di rumah, namun betapa terkejutnya Shuusei mendapati Satsuki sudah menunggunya di depan pintu apartemennya. Satsuki yang melihat Shuusei datang bersama Aoi jelas langsung mendekati Shuusei dan menanyakan apakah benar Shuusei tinggal bersama Aoi? Shuusei hanya menjawab Iya, ceritanya panjang, mau bagaimana lagi. Satsuki menawarkan agar Shuusei pulang saja. Tapi Shuusei buru-buru berkata tidak, lagi pula Aoi kan hanya tinggal bersamanya saja.
Aoi hanya mampu terdiam mendengar jawaban Shuusei. Satsuki masih berkata bahwa ia tak setuju dengan ide tinggal bersama itu. Namun Shuusei memotong bahwa itu bukanlah hal yang musti diributkan, dan langsung berjalan masuk ke apartementnya tak mengindahkan teriakan Satsuki yang memanggilnya.
Sekarang tinggal Aoi dan Satsuki saja. Aoi sebenarnya akan menyusul Shuusei masuk ke dalam apartement namun ucapan Satsuki menghentikannya.
“Kau senang, kan? Tinggal dengan laki-laki.” ucap Satsuki penuh kebencian pada Aoi.
“Bukanseperti itu, mau bagaimana lagi?” elak Aoi
“Kau tahu, kan? Sia-sia saja meski kau mencintainya.” Ucap Satsuki ketus.
“Anu, kalian sudah putus, kan?” tanya Aoi memberanikan diri.
“Shuu-chan belum memberitahumu tentang 2 tahun yang lalu, kan?” tanya Satsuki penasaran.
“Ya.”
 
Tiba-tiba saja Satsuki menghimpit Aoi ke tembok dan berkata, “Hubungan kami tidak bisa dipisahkan. Demi kebahagiaan Shuu-chan, aku disini.” Ucap Satsuki menekankan bahwa Shuusei hanya miliknya seorang.
Namun Aoi malah bersikap tenang, tak gentar dengan ucapan Satsuki barusan yang justru membuat Satsuki tertawa.
“Tak bisakah kau sedikit mengikuti suasananya?” ejek Satsuki dan langsung berlalu pergi meninggalkan Aoi yang masih mematung di tempatnya.
 
Aoi masuk ke dalam apartementnya dengan menenteng belanjaannya tadi. Ia menatap Shuusei sebentar sebelum mengatakan bahwa Satsuki sudah pulang. Shuusei hanya menjawab, “Oh, begitu” tanpa menatap Aoi. Aoi meletakkan belanjaannya dan mendekati Shuusei untuk menanyakan sesuatu, namun saat Shuusei bertanya apa, Aoi justru mengurungkan pertanyaannya dan berkata bukan apa-apa, lalu beranjak memasukkan belanjaannya ke dalam lemari es tanpa sepatah katapun yang terucap diantara mereka.
---
 
Keesokan harinya di kelas, Moe tiba-tiba saja berdiri dengan meneriakkan kalimat “APA-APAAN ITU?” pada Aoi pada saat jam pelajaran berlangsung yang jelas saja membuat semua siswa dan guru menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Sang guru yang sepertinya mudah merasa panik langsung bertanya pada Moe apa ada yang salah dengan pelajarannya yang langsung dibantah Moe. Teman-temannya terlihat begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Moe berkata bukan apa-apa dan menyuruh teman-temannya untuk tak bawel.
Ia mengirim pesan pada Aoi yang berisi, Tak bisa dipercaya! Bikin kesal! Apa-apaan dia!
Kemudian Aoi membalasnya, Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.
 
Moe yang membaca pesan itu langsung marah dan menggebrak meja sambil berkata, “lalu, apa yang terjadi?” yang jelas saja membuat semua temannya dan gurunya menatap terkejut ke arahnya. Bahkan sang guru yang super mellow itu langsung menghapiri Moe dan berkata, “Shibuya-kun..” dengan ekspresi sedih hampir menangis. (haha, kagak kuat lihat muka tuh guru.. dari awal musti ngadepin murid-murid gokil semua.. sabar ya pak guru..)
---


Sepulang sekolah, Aoi malah berpapasan dengan Usai (kakak Shuusei) yang mencari Shuusei. Aoi berkata tidak tahu, dan bertanya mengapa menanyakan Shuusei padanya? Usai malah menjawab dengan enteng bukankah mereka (Aoi dan Shuusei) tinggal bersama? Ternyata Usai mengetahui hal itu dari Satsuki. “Sulit dipercaya” ucapnya.
Mendengar nama Satsuki disebut, Aoi justru ingin menanyakan sesuatu pada Usai. Aoi bertanya apa hubungan Shuusei dengan Satsuki. Usai yang curiga dengan pertanyaan Aoi malah menebak bahwa Aoi suka dengan Shuusei, kan? Yang langsung disangkal oleh Aoi. tapi usai justru tertawa dan mengatakan bahwa mudah mengatakannya. Aoi yang tertangkap basah hanya dapat menunduk malu dihadapan Usai.
Akhirnya Usai mengajak Aoi berbicara di dalam mobilnya. Dia menceritakan bahwa ayahnya dan Shuusei bukanlah orang yang penuh kasih sayang, itulah kenapa Usai dan ibunya tidak suka tinggal bersama ayahnya. Dengan kata lain kurangnya kasih sayang di keluarganya. Sejak kecil Satsuki sudah mengetahuinya. Dia selalu menghibur Shuusei, meski kondisi keluarga kami buruk, tapi Satsuki mengajaknya sekolah, dan bermain di tempat berbahaya, begitu ceritanya.
Aoi yang sedari tadi mendengarkan akhirnya mulai mengerti.
Usai melanjutkan itulah yang dilakukan Shuusei saat masih kecil. Dan bertanya apakah Aoi ingin tahu lebih banyak lagi? Aoi hanya menjawab Iya, sambil menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh pada Usai. “Dengan satu syarat.” Ucap Usai akhirnya. Aoi hanya menatap Usai dengan tatapan bertanya. Usai justru bertanya apakah Aoi tahu kenapa ia memanggilnya? Aoi jelas tak paham maksud ucapan Usai.
 
Namun tiba-tiba saja Usai menariknya dan mencium bibirnya! Aoi yang terkejut langsung berontak dan mendorong Usai untuk menjauhinya.
“Apa yang kau lakukan?!” tanya Aoi masih dengan keterkejutannya
“Mungkinkah ini pertama kalinya bagimu?” tanya Usai ketika melihat Aoi yang gemetar ketakutan.
“Benarkah?” tambah Usai sambil tertawa tak percaya.
“Bagaimana jika pergi denganku?” Usai menawarkan (Ya ampun! Beneran kakaknya Shuusei bukan sih! Bejat banget kelakuannya! *author beneran emosi mohon dimaklumi)
Aoi yang marah dan gemetar langsung menampar wajah Usai dan berteriak untuk tidak mempermainkannya! Aoi menangis dan berlari keluar dari mobil. Usai hanya tersenyum melihat kepergian Aoi (Yuk buang aja nih orang ke dalam jamban! *masih emosi)
---
 
Di sebuah studio pemotretan, Usai tengah mengambil beberapaphoto model berpenampilan sexy (Oh, pantes kelakuannya gitu, ternyata kerjaannya suka mantengin yang begituan, ckckck..). Usai menyelesaikan acara pemotretannya sampai ia akhirnya melihat Shuusei yang tengah menunggunya.
Ia menyapanya dan bertanya bagaimana sekolah Shuusei. Namun Shuusei yang tak mau berbasa-basi langsung bertanya kenapa Usai datang ke sekolahnya. Usai kesal dan mengatakan kenapa Shuusei berkata seperti itu, dia merasa kesepian, ucapnya dengan mengambil sebuah amplop dari dalam tasnya.
 
“Ini, mungkin dapat membantumu.” Ucapnya sambil menyerahkan amplop itu kepada Shuusei.
“Aku tidak butuh.” Jawab Shuusei
“Kerja itu sulit, kan? Terima saja.” Ucapnya dengan meletakkan amplop itu ke tangan Shuusei.
“Kukembalikan.” Balas Shuusei sambil meletakkan amplop tadi di atas meja Usai.
“Dengan perempuan disisimu, kau akan butuh uang banyak.” Jelas Usai.
“Terserah.” Jawab Shuusei ketus dan akan beranjak pergi.
“Apa bagusnya jika kau mendapatkan Aoi-chan?” tanya Usai tiba-tiba yang membuat Shuusei menghentikan langkahnya.

Continue Part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar